Peranan Teologi Sistematika bagi Pertumbuhan Iman Mahasiswa Teologi
BAB I
Pendahuluan
A.
LATAR BELAKANG
Istilah “Teologi” berasal dari bahasa Yunani,yaitu Theos dan logos.Theos
berarti “Allah” dan Logos berarti “perkataan”, “uraian,”
“pikiran”, “ilmu”. Dengan demikian, secara sempit Teologi didefinisikan sebagai
ajaran tentang Allah. Sedangkan dalam arti luas dan lebih umum, Teologi adalah
seluruh ajaran Kristen dan bukan sekedar ajaran tentang Allah saja, tetapi juga
semua ajaran yang membahas hubungan yang dipelihara oleh Allah dengan alam
semesta. Teologi Sistematika merupakan sajian teratur dari hasil penelitian
teologi. Istilah “Sistematika” berasal
dari kata “sustematikos”, artinya
penempatan / penyusunan secara tepat.[1] Dalam
makalah saya akan membahas tentang pengertian Teologi Sistematika,Pengertian /
definisi Iman,Jenis – jenis Iman dan Peranan Teologi Sistematika bagi
pertumbuhan Iman Mahasiswa Teologi.
B.
Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian / Definisi Teologi Sistematika
2. Pengertian / Definisi Iman
3. Jenis – jenis Iman dan
4. Peranan Teologi Sistematika bagi Pertumbuhan Iman Mahasiswa Teologi
C.
Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas
yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada Mahasiswa. Selain daripada itu
Mahasiswa diharapkan dapat lebih memahami dan mendalami setiap bidang dalam
Teologi Sistematika, serta memiliki pertumbuhan iman sesuai dengan Firman
Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian / Definisi Teologi Sistematika
Bila kata “teologi”diartikan “Allah” dan “kata/firman.” Maka perpaduan atau kombinasi kata
“teologi” dengan “sistematika dapat berarti
“studi tentang Allah.” Sedangkan
kata"Sistematika" berasal dari kata sustematikos,
artinya penempatan/ penyusunan secara tepat. Sistematika menunjuk pada sesuatu
yang ditempatkan dalam sistem Oleh sebab itu
teologi sistematika berarti pembagian teologi ke dalam sistem yang menjelaskan berbagai bidang. Teologi sistematika adalah sebuah
alat penting untuk menolong kita mengerti dan mengajarkan Alkitab dengan cara
yang tepat. Jadi teologi
sistematika adalah pengetahuan mengenai klasifikasi (penggolongan/urutan)
pengajaran Alkitab ke dalam sistem secara logis. Dengan
kata lain, teologi sistematika adalah percakapan tentang Allah dan ciptaan-Nya secara
sistematis/berurutan secara logis
Beberapa Definisi Teologi Sistematika
1.
Teologi Sistematika menurut A.H. Strong :
Teologi Sistematika merupakan ilmu pengetahuan tentang Allah dan tentang
hubungan antara Allah dengan alam semesta.
2.
Teologi Sistematika menurut Charles Hodge :
Teologi Sistematika adalah penyusunan fakta – fakta Alkitab, dan penegasan
kebenaran – kebenaran prinsipil dan kebenaran umum dari semua fakta yang
terlibat.
3.
Teologi Sistematika menurut W.G.T. Shedd :
Teologi Sistematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang dihubungkan dengan yang
tak terbatas dan terbatas, dengan Allah dan alam semesta.
4.
Teologi Sistematika menurut Lewis Sperry
Chafer :Teologi Sistematika dapat didefinisikan sebagai pengumpulan, penyusunan
secara ilmiah, perbandingan, pengungkapan, dan pembelaan semua fakta dari
seluruh atau sumber yang berhubungan dengan Allah dan karya-Nya.
2. Pengertian Iman
Iman adalah dasar pengalaman kekristenan kita dan juga basis untuk
menerima, mengembangkan dan maju kepada kekudusan. Iman adalah alat yang
memampukan kita menjalani seluruh hidup kekristenan kita. Iman tentunya bukan sekedar sebuah doktrin
Perjanjian Baru saja, karena salah seorang nabi Perjanjian Lama pun menyatakan,
“ Orang yang benar itu akan hidup oleh iman”. Kemudian di dalam zaman
Perjanjian Baru, Paulus berkata bahwa orang benar hidup dengan iman Allah (Gal.
2:20). Karena itu, segala sesuatu yang kita lakukan harus dilakukan di dalam
iman, sebagai respon terhadap mandat / amanat Allah untuk melakukan suatu hal
tertentu. Jika perbuatan – perbuatan kita tidak dilakukan di dalam iman dan
menurut kehendak Allah, maka kita tidak akan berhasil mencapai kemuliaan Allah.
Karena tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.
Definisi Iman
Bagaimanakah awal mula ide
bahwa iman adalah “keyakinan dalam sesuatu yang tidak mempunyai bukti” masuk ke
dalam budaya Kristen? Proses sejarah yang sesungguhnya melewati jalan yang
panjang dan sangat mendetail, tetapi konsepnya sederhana. Gereja meminta
orang-orang untuk mempercayai doktrin yang tidak logis atau tidak jelas didukung
oleh Firman Tuhan. Misalnya, doktrin bahwa “roti” dan anggur yang dipakai dalam
upacara Roma Katolik berubah menjadi tubuh dan darah Kristus adalah sesuatu
yang tidak logis (contohnya, itu masih terlihat dan terasa seperti roti dan
anggur, bukan daging dan darah), dan ini tidak didukung oleh penjelasan Firman
Tuhan yang teguh. Imam-imam tahu hal ini, jadi mereka meminta orang-orang untuk
“menerimanya dengan iman.”
Tidak seorang pun dapat
memaksakan rasa percaya. Hal itu berkembang seiring dengan waktu. Kita sekalian
tahu hal ini setiap kali kita menerima seorang tukang reparasi datang ke rumah
kita untuk memperbaiki sesuatu, atau harus membawa mobil kita ke seorang montir
yang baru. Kita sangat ingin mempercayai orang itu supaya orang itu cakap dan
jujur, tetapi hal itu hanya terjadi seiring dengan waktu. Jika dia berkata,
”Percayalah kepada saya,” sering kali perkataan itu hanya membuat keadaan makin
buruk. Jika, sebaliknya, dia bekerja tepat waktu, melakukan pekerjaan dengan
baik, meminta bayaran sesuai dengan yang dikatakannya, dan tampaknya dia jujur
dan adil, iman (percaya) kita terhadapnya bertumbuh. Demikian pula dengan iman
alkitabiah. Itu bukan sesuatu yang gaib, tidak masuk di akal, atau tidak logis,
”itu hanya percaya (trust)”.
Iman bukanlah suatu perasaan, ataupun produk kehendak atau intelek
kita.Kita tidak dapat menghasilkan iman , sebab iman itu berasal dari Allah.
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Bila kita memilikinya, kita akan
mengetahuinya. Namun perlu kita sadari bahwa iman adalah sebuah pemberian dari
Allah. Kita bisa saja berharap dan berdoa meminta sesuatu dari Tuhan, tetapi
bagaimana kita dapat merasa yakin bahwa kita akan menerimanya? Kita dapat
memiliki jaminan bahwa kita akan menerima akan hal – hal yang tidak terlihat
dan dasar dari hal – hal yang kita dapatkan. [2]
3.
Jenis – jenis Iman
1. Historical
faith (Iman sejarah)
Hanya
merupakan pengertian intelektual tentang kebenaran, tetapi tidak ada tujuan
moral / rohani (tidak ada tujuan supaya dekat pada Tuhan, dosa diampuni, masuk
surga, hidup suci, dsb). Orang yang mempunyai iman jenis ini hanya menerima
kebenaran tentang Kristus dengan cara yang sama seperti ia menerima fakta-fakta
sejarah tentang Napoleon, Hitler, dsb. Orang yang mempunyai iman
jenis ini tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Kristus. Iman seperti ini bisa
timbul dari tradisi, pendidikan, lingkungan / keluarga kristen.
2. Miraculous
faith (iman mujizat).
Merupakan
kepercayaan / keyakinan bahwa Allah akan melakukan mujijat untuk dia / untuk
kepentingannya / melalui dirinya (Mat 15:28 17:20). Iman seperti ini bukan iman
yang menyelamatkan (saving faith). Iman seperti ini bisa disertai oleh saving
faith seperti Mat 8:10-13, bisa juga tidak, seperti dalam Luk 17:11-19
(untuk yang 9 orang kusta).
3. Temporary faith (iman sementara).
Berbeda dengan historical
faith, karena di sini emosi ikut dilibatkan (Mat 13:20-21 ‘dengan
gembira’). Tujuan / motivasi orangnya adalah kesenangan / kenikmatan pribadi,
bukan kemuliaan Allah. Kadang-kadang,
atau bahkan seringkali, iman ini sukar dibedakan dari saving faith /
iman yang menyelamatkan. Semua bagian Kitab Suci yang menunjukkan seolah-olah
keselamatan bisa hilang (seperti Ibr 6:4-6) adalah temporary faith.
Bandingkan dengan 1Yoh 2:18-19.
4. True
saving faith (Iman yang menyelamatkan yang benar).
Harus
didahului oleh regeneration (= kelahiran kembali). Kitab Suci
menggambarkan manusia sebagai mati rohani (Yoh 10:10 Ef 2:1) dan karena itu
tidak mau dan tidak bisa memberi tanggapan terhadap Firman Tuhan / Injil (1Kor
2:14 Yoh 6:44,65). Jadi supaya manusia yang mati rohani itu bisa dan mau
percaya, Roh Kudus harus melahirkan dia kembali. Kelahiran kembali merupakan
pekerjaan Roh Kudus saja. Jadi di sini kita bisa melihat dengan jelas akan
pentingnya doa dalam Pemberitaan Injil. Tanpa doa, Roh Kudus tidak akan
bekerja, dan tanpa pekerjaan Roh Kudus, orang yang kita injili itu tidak akan
bisa / mau percaya kepada Yesus[3].
4.
Peranan Teologi Sistematika bagi Petumbuhan Iman Mahasiswa Teologi
Sebagai orang percaya, iman kita dibangun di atas pondasi keberadaaan
Allah, dan perlakuan-Nya terhadap orang yang mencari-Nya berbeda dengan
perlakuan-Nya terhadap orang yang tidak mencari-Nya. Segera setelah
benar-benar mempercayai kedua hal itu, kita mulai menyenangkan Allah,
karena kita segera mencari-Nya. Makna dari mencari Allah adalah Pertama mempelajari kehendakNya, Kedua menaatiNya, dan ketiga percaya
janji-janjiNya.
Ketiga makna itu hendaknya menjadi komponen perjalanan kita sehari-hari. Iman tidak datang hanya dengan berdoa dan berpuasa untuk
mendapatkannya, atau menyuruh orang menumpangkan tangan bagi anda untuk
memindahkan iman itu. Iman hanya datang dari pendengaran akan Firman Tuhan, dan
di saat anda mendengarnya, anda masih harus membuat keputusan untuk
mempercayainya.
Alkitab telah bersifat (kanon) tertutup, artinya tidak ada
satupun kitab baik yang berasal dari masa lalu maupun masa sekarang yang boleh
ditambahkan ke dalam Alkitab. Walaupun karya atau kitab kong fu chu
begitu terkenal dan dipandang memiliki banyak muatan-muatan ajaran etis moral
yang sangat kaya dan mendalam, tetapi kita tetap tidak bisa memasukan kitab
tersebut kedalam alkitab, mengapa sebab kitab-kitab seperti itu, biarpun
seberhikmat dan sebijaksana apapun, tetap hanyalah buah karya seorang manusia,
bukan kepengarangan Tuhan. Kedua kita tidak perlu meyakini sesuatu yang
lain diseputar keselamatan hidup kita diluar apa yang dinyatakan Alkitab. Ini
berarti kita tidak perlu menambahkan hal-hal lain kepada Alkitab untuk membuat
kita mengenal jalan keselamatan ataupun supaya kita bisa hidup lebih baik,
lebih dekat dan lebih berkenan dimata Tuhan lagi. Ketiga tidak ada
sesuatupun dapat dikategorikan dosa, bila hal tersebut tidak termasuk hal yang
dilarang oleh Alkitab baik secara eksplisit maupun implisit. Keempat tidak
ada sesutupun yang dikatakan adalah kehendak Allah jikalau tidak diperintahkan
oleh Alkitab.
Jadi
kebutuhan manusia akan firman Allah adalah penting dan tidak tergantikan, jika
kita ingin bertumbuh dalam kerohanian dan lebih mengenal kehendak Allah, maka
kita harus mau mempelajari Alkitab. Hanya Alkitab yang kita butuhkan dalam
kehidupan ini yang dapat membawa kita pada kebahagiaan yang sejati. Kita tidak
perlu lagi mencari kebenaran-kebenaran lain diluar Alkitab. Alkitab diberikan
Allah pada kita supaya kita mengertinya, jadi dengan berusaha sekuat tenaga untuk
mau mempelajari Alkitab dan dengan terus berdoa meminta iluminasi dari Roh
Kudus, maka kita akan mendapatkan pengertian yang benar tentang kebenaran
firman Allah. Jadi Alkitab adalah sumber utama bagi Teologi Kristen. Dengan
belajar Teologi khususnya bagi Mahasiswa Teologi kita tidak hanya menjadikan
sebagai pengetahuan saja karena banyak hal yang akan kita dapatkan dalam
belajar Teologi secara sistematis. Melalui belajar Teologi secara sistematis
Mahasiswa Teologi tidak hanya memiliki pengetahuan saja tetapi juga memiliki
hubungan yang khusus dengan Allah serta memiliki pemahaman dan keyakinan yang
benar tentang Allah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari makalah ini Teologi Sistematika memiliki peranan
yang sangat penting bagi pertumbuhan iman Mahasiswa Teologi, karena dengan
mempelajari Teologi secara sitematis Mahasiswa teologi tidak hanya memiliki
ilmu pengetahuan tetapi juga dapat mempelajari tentang Allah dan karya – karya-
Nya.Dengan belajar Teologi Mahasiswa juga tidak hanya memiliki iman(percaya),
berpikir secara teologis tetapi juga dapat bertindak dengan benar sesuai dengan
Firman Tuhan. Landasan utama adalah percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah.
Sebagaimana yang telah dikatakan sebelumnya bahwa iman adalah sebuah
pemberian dari Allah dan karena iman menghasilkan jawaban bagi kebutuhan –
kebutuhan kita, maka sesungguhnya Tuhan Yesuslah yang menyediakan iman bagi kebutuhan
– kebutuhan kita. Karena itu, iman harus bertumbuh di dalam hati kita agar
kebenaran dapat meningkat di dalam hidup kita.
Teologi sistematika 3 mengenai apa ya?
BalasHapus