Jumat, 09 Mei 2014

Laporan Baca

JUDUL BUKU : DOKTRIN ALKITAB
PENGARANG BUKU : William W. Menzies & Stanley M. Horton
PENERBIT BUKU : GANDUM MAS
TAHUN PENERBITAN : 1998
JUMLAH HALAMAN : 317
ISI ALKITAB YANG DIILHAMKAN
  1. KAIDAH YANG BERLAKU
Ada 3 macam kekuasaan keagamaan yang mendasar, yaitu :
  1. Akal budi atau nalar manusia,
  2. Gereja
  3. Firman Allah
Mungkin kekuasaan yang paling banyak berperan saat ini adalah nalar manusia. Kita tidak tidak akan memungkiri kenyataan bahwa umat manusia telah diperlengkapi dengan kemampuan mental yang telah menghasilkan serangkaian prestasi yang mengagumkan, khususnya di bidang ilmiah. Proses menghadapi masalah – masalah menurut pikiran yang sehat disebut rasionalitas. Akan tetapi, rasionalitas harus dibedakan dengan rasionalisme. Rasionalisme adalah paham bahwa kekuasaan tertinggi adalah nalar manusia. Penganut paham rasionalisme berpendapat bahwa bila diberikan waktu cukup, kecerdasan pikiran manusia akan menyingkapkan semua rahasia alam semesta dan memimpin kepada kehidupan yang sempurna, kedamaian, kesehatan, kekayaan, dan kemakmuran yang terus – menerus.
Salah satu bentuk rasionalisme adalah saintisme yang percaya bahwa ilmu pengetahuan, dengan berbagai metodologi modern dan perlengkapannya, pada akhirnya akan sanggup menganalisis dan memecahkan suatu persoalan. Pandangan ini tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan tidak sanggup menangani beberapa hal. Misalnya ilmu pengetahuan tidak dapat bekerja secara langsung dengan kualitas warna dan bunyi. Ilmu pengetahuan tidak dapat menangani hal – hal yang tidak dapat ditimbang dan diukur, seperti jiwa manusia. Juga tidak dapat menghadapi kejadian – kejadian yang unik. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan tidak mampu menghadapi berbagai mukjizat, karena tiap – tiap mukjizat adalah manifestasi yang jelas dan terpisah dari kasih karunia dan kasih Allah. Kaum rasionalis dari semua zaman bersikap seperti itu, mereka terutama mempercayai kemampuan nalar mereka sendiri. Berkali – kali dalam kitab Hakim – hakim, dikatakan “ Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri”. Kekacauan dan kebingungan yang terjadi sebagai akibat mempercayai nalar manusia sebagai kekuasaan terakhir tergambar dengan kehidupan dalam kisah – kisah tragis yang ditulis dalam kitab Hakim – hakim.
Kepercayaan yang kedua yang umum adalah bahwa Gereja merupakan otoritas terakhir. Ada yang berpendapat bahwa Kristus memberikan otoritasNya kepada Petrus dan bahwa Petrus menumpangkan tangan atas para penilik jemaat yang ditahbiskannya, serta memberi kewenangan kepada mereka untuk meletakkan tangan atas para pengganti mereka. Melalui “pergantian rasuli” ini, Kristus meneruskan otoritas melalui 12 rasul dab begitu seterusnya sampai abad ini. Atas dasar ini, gereja – gereja tertentu menganggap diri mereka lebih tinggi sebagai satu – satunya wakil Kristus yang sah, dan karena itu, pemimpin – pemimpin gereja tersebut dianggap memiliki otoritas khusus untuk menilai kebenaran.
Ketiga adalah percaya secara mutlak pada otoritas Firman Allah. Pandangan ini didasarkan pada keyakinan bahwa Allah pada hakikatnya menyatakan diri – Nya. Dia adalah Allah yang berfirman; Ia ingin berkomunikasi dengan makhluk ciptaaan-Nya. Allah telah berfirman. PernyataanNya yang akhir dan paling lengkap, sebagaimana ditunjukkan oleh Ibrani 1:1-2 terdapat dalam diri AnakNya, Yesus Kristus. kita menyebut cara berfirman ini Penjelmaan ( inkarnasi), yang ilahiyang mengenakan tubuh manusia. Ini merupakan tingkat tertinggi bagi Allah untuk berkomunikasi dengan kita, komunikasi dari orang ke orang. Yesus Kristus, seperti yang diingatkan pada kita dalam pasal 1 Injil Yohanes, adalah “Firman,” pembawa berita dan amanat Allah. Sebagaimana Kristus adalah Firman yang Hidup, demikian juga Alkitab adalah Firman yang tertulis. Sejak ketidakhadiran Yesus di dunia saat kenaikan-Nya hingga kedatangan-Nya yang kedua, Alkitab merupakan Firman Allah yang berkuasa, yang dipakai oleh Roh Kudus untuk memimpin orang kepada Kristus. Rasul Paulus, dalam Roma 10 :8-15, secara tegas menjelaskan bahwa tanpa pemberitaan Kabar Baik amanat Alkitab, orang tidak akan menemukan Allah. Alkitab sendiri menyediakan dasarnya, dan bertumpu pada dasar ini, kita mengaku sambil percaya di dalam hati bahwa “ Yesus adalah Tuhan,” sehingga kita mendapat keselamatan
  1. PERNYATAAN ALAAH KEPADA UMAT MANUSIA
Jika kita akui bahwa Allah benar – benar berfirman, apakah Alkitab merupakan media satu- satunya untuk firman-Nya? Allah juga menyatakan diri –Nya, sampai suatu tingkat, kepada semua manusia :
  • Melalui ciptaan
  • Melalui hati nurani
Cara berfirman seperti ini disebut penyataan umum, atau penyataan alamiah. Roma 1 dan 2 menguraikan jenis ungkapan ini yang dipakai oleh Allah. Roma 1:20 berbicara tentang pengetahuan akan Allah yang dapat diperoleh setiap orang di mana – mana dari pengetahuan mereka tentang alam. Dengan kata lain, orang seharusnya sudah tahu, dan bahkan harus tahu bahwa dewa palsu tidak dapat menciptakan alam semesta. Demikian juga dewa – dewa kafir yang banyak itu, yang selalu bertengkar satu sama lain, tidak mungkin menciptakan konsistensi, ketentraman, dan keindahan yang kita temukan dalam alam. Alkitab berkata bahwa Allah berbicara melalui hati nurani setiap orang, “Apabila bangsa – bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka terus bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Suatu penyataan khusus, sebuah pesan yang hanya terapat di dalam Alkitab, adalah berita luar biasa bahwa Allah telah memasuki situasi manusia, bertindak untuk menebus kita, dan memberikan jalan agar kita dapat mengalami kelepasan itu. Alam dan hati nurani tidak menyingkapkan hal itu.

  1. FIRMAN ALLAH YANG DIILHAMKAN SECARA VERBAL
Kata Yunani merupakan padan kata dari kata “ inspirasi” (ilham) terdapat dalam II Timotius 3 : 16. Kata itu adalah theopneustos, yang secara harfiah berarti, “ dihembuskan nafas Allah”. Dengan nafas ilahi dan kuasa, Roh Kudus menggerakkan para penulis (manusia) Alkitab dengan begitu teliti sehingga hasilnya dengan tepat mencerminkan tujuan Allah sendiri. Sewaktu Allah berfirman dengan perantaraan para nabi dan rasul, dokumen – dokumen asli yang mereka hasilkan memiliki tanda – tanda khusus dari inspirasi ilahi. Ini berarti bahwa ke -66 kitab dalam kanon, yang adalah Alkitab, dalam ungkapannya yang mula – mula seluruhnya dapat dipercaya sebagai suara dari Roh Kudus.
Beberapa hal harus diingat mengenai pengilhaman itu adalah Pendiktean mekanis mengatakan bahwa Allah berbicara melalui manusia sampai kepribadian individualnya ditekan. Pandangan demikian adalah salah. Kepribadian dan kosakata khusus dari berbagai penulis jelas dapat dibedakan; dari 40 lebih penulis Alkitab. Allah membawa semua penulis Alkitab melalui berbagai pengalaman, menyiapkan mereka sedemikian rupa sehingga Ia dapat memakai mereka untuk menyatakan kebenaran dalam cara yang diingini – Nya. Dengan demikian , integritas para penulis sebagai kepribadian individual benar – benar terpelihara melalui tindakan khusus dari inspirasi dan bimbingan Roh Kudus. Pada waktu yang sama, hasil tulisan mereka adalah jelas Firman Allah. Alkitab menekankan bahwa para penulis benar – benar diilhamkan. Tidak mengherankan bahwa pernyataan seperti “demikianlah firman Tuhan” terdapat 3.808 kali dalam perjanjian lama. II petrus 1 20 – 21 memperlihatkan kepada kita bahwa tidak ada seorang pun penulis Alkitab yang bergantung kepada penalaran atau imajinasinya sendiri dalam proses penulisan ini. Yang harus diketahui ialah bahwa nubuat – nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang – orang berbicara atas nama Allah. Yesus telah menerima inspirasi penuh seluruh Perjanjian Lama ketika Ia mengucapkan deklarasi_nya yang luas, “ Kitab Suci tidak dapat dibatalkan.”
Alkitab mengajar kita bahwa Roh Kudus bekerja demikian rupa pada para nabi dan rasul sehingga kata –kata dalam naskah yang asli pun penuh dengan kuasa. Apabila kata – kata itu tidak diilhamkan, maka orang – orang dengan leluasa dapat mengubahnya agar sesuai dengan gagasan mereka. Oleh karena itu, pengilhaman kata – kata sangat perlu untuk melindungi kebenaran. Yesus menunjukkan pentingnya tiap- tiap kata dengan mengatakan “ selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota pun atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam kerajaan surga”.
  1. PERATURAN YANG MUTLAK
Sumber ilahi dan wibawa Alkitab meyakinkan kita bahwa Alkitab juga mutlak, yaitu, tidak mungkin salah dan oleh karena itu tidak dapat menyesatkan, menipu, atau mengecewakan kita. Beberapa penulis membuat perbedaan antara inerrancy (bebas dari kesalahan) dan infallibility (tidak mungkin salah), namun makna kedua kata itu hampir sama. Jiaka ada perbedaan antara nuansa pengertian maka, inerrancy menekankan sifat Alkitab yang selalu mengatakan yang sebenarnya, sedangkan infallibility menekankan sifat layak dipercaya dari Alkitab. Sifat bebas dari kesalahan dan sifat tidak mungkin bersalah ini berlaku untuk seluruh isi Alkitab dan termasuk wahyunya serta fakta – faktanya yang bebas dari kesalahan. Alkitab adalah kebenaran.
Ketidakpercayaan paham humanisme merupakan sumber sebenarnya dari berbagai keberatan terhaap sifat tidak mungkin bersalah dari Alkitab. Penulis kuno seperti Irenius, Tertulianus dan Augustinus menentang beberapa pandangan mereka dan dengan berbuat demikian mereka mengaku bahwa mereka percaya Alkitab. Sekalipun demikian, ada orang yang menyangkal sifat tak mungkin bersalah dari Alkitab itu, percaya bahwa Alkitab mempunyai nilai. Yaitu mereka mengatakan bahwa tidak menjadi soal bahwa sejarah dan ilmu pengetahuan di Alkitab adalah benar. Mereka mengatakan bahwa orang berdosa dapat diselamatkan tanpa mengetahui seluruh Alkitab atau pernyataannya tentang pengilhaman. 
                                                                  Kesimpulan 
Alkitab tidak akan menyesatkan kita. Alkitab adalah penyataan luar biasa dari Allah sebagai Pencipta dan Penebus kita; Allah yang personal mengasihi kita dan memperdulikan kita; Allah yang mempunyai rencana, yang mengutus Anak-Nya untuk mati karena kita, dan yang akan terus melakukan tugas –Nya hingga Iblis dihancurkan, maut dibinasakan, dan bumi baru serta langit baru didirikan. Seluruh Alkitab memperlihatkan bahwa Ia dapat dipercaya serta dapat diandalkan, dan bahwa sifat-Nya menjamin wibawa, sifat bebas dari kesalahan dan sifat tidak mungkin bersalah dari Firman – Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar